Kamis, 26 September 2019

Konstipasi

Pengertian Konstipasi

Konstipasi atau yang dikenal juga dengan sebutan sembelit adalah kondisi sulit buang air besar, seperti tidak bisa buang air besar sama sekali atau tidak sampai tuntas. Walaupun frekuensi buang air besar setiap orang bisa berbeda-beda, seseorang dapat dinyatakan mengalami konstipasi jika buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu.

Faktor Risiko Konstipasi

Beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengalami konstipasi, antara lain:
  • Jenis kelamin. Konstipasi lebih sering dialami oleh perempuan daripada pria, terutama pada masa sebelum menstruasi dan masa kehamilan.
  • Usia. Konstipasi juga lebih sering dialami oleh lansia.
  • Makan makanan yang rendah serat.
  • Jarang atau tidak berolahraga sama sekali.
  • Minum obat-obatan tertentu, termasuk obat penenang, antidepresan, atau obat untuk tekanan darah tinggi.
  • Memiliki kondisi kesehatan mental, seperti depresi.

Penyebab Konstipasi

Konstipasi atau sembelit paling sering terjadi karena tinja bergerak terlalu lambat melalui saluran pencernaan atau tidak bisa dikeluarkan secara efektif, sehingga menyebabkan tinja menjadi keras dan kering. Beberapa faktor risiko di atas bisa menjadi pemicu terjadinya kondisi tersebut.
Namun, konstipasi juga bisa menjadi gejala dari suatu penyakit, seperti:
  • Penyakit pada usus atau rektum, seperti penyumbatan usus, kanker usus besar, fisura ani, dan kanker rektum.
  • Gangguan saraf, yang biasanya terjadi pada pengidap penyakit Parkinson, cedera saraf tulang belakang, stroke, dan multiple sclerosis.
  • Gangguan pada otot penggerak usus, seperti pada dyssynergia.
  • Gangguan hormon, yang bisa disebabkan oleh diabetes, hiperparatiroidisme, kehamilan, atau hipotiroidisme.

Gejala Konstipasi

Gejala konstipasi, yaitu mengejan, rasa tidak tuntas setelah BAB, tinja kering dan keras, ukuran tinja sangat besar atau kecil, rasa mengganjal pada rektum, nyeri perut, mual, kembung, dan tidak nafsu makan.

Diagnosis Konstipasi

Selain wawancara dan pemeriksaan fisik, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang seperti:
  • Tes darah, untuk melihat apakah ada kelainan seperti hipotiroid atau kadar kalsium yang tinggi.
  • Sinar X. Melalui pemeriksaan sinar X-ray, dokter dapat melihat apakah usus pengidap tersumbat atau apakah ada tinja di seluruh usus besar.
  • Pemeriksaan rektum dan kolon bawah (sigmoidoskopi), untuk memeriksa kondisi rektum dan bagian bawah usus besar.
  • Pemeriksaan rektum dan seluruh kolon (kolonoskopi), untuk melihat kondisi seluruh usus besar.
  • Evaluasi fungsi otot sfinger anal (anorektal manometri) untuk mengukur koordinasi otot yang digunakan untuk menggerakkan usus
  • Studi transit kolonik untuk mengevaluasi pergerakan makanan yang masuk ke usus besar
  • Defekografi atau rontgen rektum pada saat defekasi untuk melihat adanya prolapse atau masalah dengan fungsi otot rektum
  • MRI defekografi

Penanganan Konstipasi

Jika konstipasi merupakan gejala dari suatu penyakit, pengobatannya bertujuan untuk mengatasi penyakit yang mendasarinya. Pada umumnya, penanganan konstipasi dimulai dari perubahan pola makan dan gaya hidup, seperti meningkatkan konsumsi air dan makanan berserat, memperbaiki pola makan, dan memperbanyak aktivitas fisik. Jika konstipasi sudah sangat mengganggu, dokter dapat memberikan obat laksatif, seperti suplemen serat, dan obat pencahar.

Pencegahan Konstipasi

Berikut cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah konstipasi:
  • Membiasakan diri untuk ke toilet pada waktu yang sama setiap hari
  • Perbanyak makan makanan berserat tinggi, termasuk kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, sereal, dan dedak.
  • Minum banyak air putih.
  • Cobalah untuk berolahraga secara teratur.
  • Coba atasi stres.
  • Jangan menahan keinginan untuk buang air besar.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera periksakan diri ke dokter bila kamu mengalami perubahan kebiasaan buang air besar yang sudah berlangsung cukup lama.

Diare

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data informasi profil kesehatan Indonesia tahun 2017 dari Kemenkes RI, jumlah kasus diare seluruh Indonesia adalah sekitar 7 juta, dan paling banyak terjadi di provinsi Jawa Barat dengan 1,2 juta kasus.
diare - Alodokter
Biasanya diare hanya berlangsung beberapa hari (akut), namun pada sebagian kasus dapat memanjang hingga berminggu-minggu (kronis). Pada umumnya, diare tidak berbahaya jika tidak terjadi dehidrasi. Namun, jika disertai dehidrasi, penyakit ini bisa menjadi fatal, dan penderitanya perlu segera mendapat pertolongan medis.

Gejala dan Penyebab Diare

Gejala diare bervariasi. Penderita bisa merasakan satu atau lebih gejala. Namun, gejala yang paling sering dirasakan penderita diare antara lain:
  • Perut terasa mulas.
  • Tinja encer atau bahkan berdarah.
  • Mengalami dehidrasi.
  • Pusing, lemas, dan kulit kering.
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi kuman di usus besar. Namun, diare yang berlangsung lama dapat terjadi akibat radang di saluran pencernaan.

Pengobatan dan Pencegahan Diare

Penderita diare dapat meminum cairan elektrolit, guna mengganti cairan tubuh yang hilang akibat diare. Selama terjadi diare, konsumsi makanan yang lunak dan antibiotik atau obat anti diare. Untuk kondisi yang lebih serius, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan, seperti:
  • Obat antibiotik
  • Obat pereda nyeri
  • Obat yang dapat memperlambat gerakan usus.
Untuk mencegah diare, Anda dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri dan makanan, serta hindari konsumsi makanan dan meminum air yang tidak dimasak hingga matang.

Hepatitis

Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada peradangan yang terjadi di hati. Hepatitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. Beberapa penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan minum alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-obatan tertentu.
hepatitis - alodokter
Hepatitis dapat mengganggu berbagai fungsi tubuh terutama yang berkaitan dengan metabolisme, karena hati memiliki banyak sekali peranan dalam metabolisme tubuh, seperti:
  • Menghasilkan empedu untuk pencernaan lemak.
  • Menguraikan karbohidrat, lemak, dan protein.
  • Menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh.
  • Mengaktifkan berbagai enzim.
  • Membuang bilirubin (zat yang dapat membuat tubuh menjadi kuning), kolesterol, hormon, dan obat-obatan.
  • Membentuk protein seperti albumin dan faktor pembekuan darah.
  • Menyimpan karbohidrat (dalam bentuk glikogen), vitamin, dan mineral.
Hepatitis yang terjadi dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang yang mengalami hepatitis akut dapat memberikan beragam manifestasi dan perjalanan penyakit. Mulai dari tidak bergejala, bergejala dan sembuh sendiri, menjadi kronis, dan yang paling berbahaya adalah berkembang menjadi gagal hati. Bila berkembang menjadi hepatitis kronis, dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati (hepatocellular carcinoma) dalam kurun waktu tahunan. Pengobatan hepatitis sendiri bermacam-macam sesuai dengan jenis hepatitis yang diderita dan gejala yang muncul.

Penyebab Hepatitis

Hepatitis dapat disebabkan karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Pembagian jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus adalah sebagai berikut:
  • Hepatitis A. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A biasanya ditularkan melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses dari penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.
  • Hepatitis B. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi pakai jarum suntik serta berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis B dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.
  • Hepatitis C. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C dapat ditularkan melalui cairan tubuh, terutama melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.
  • Hepatitis D. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan penyakit yang jarang terjadi, namun bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
  • Hepatitis E. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik, akibat kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.
Ibu yang menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan kepada bayinya melalui jalan lahir.
Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat terjadi akibat kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat berkembang menjadi gagal hati atau sirosis. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dapat menyebabkan hepatitis.
Pada beberapa kasus, hepatitis terjadi karena kondisi autoimun pada tubuh. Pada hepatitis yang disebabkan oleh autoimun, sistem imun tubuh justru menyerang dan merusak sel dan jaringan tubuh sendiri, dalam hal ini adalah sel-sel hati, sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat. Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.

Gejala Umum Hepatitis

Sebelum virus hepatitis menimbulkan gejala pada penderita, terlebih dahulu virus ini akan melewati masa inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda. HAV membutuhkan waktu inkubasi sekitar 15-45 hari, HBV sekitar 45-160 hari, dan HCV sekitar 2 minggu hingga 6 bulan.
Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita hepatitis, antara lain adalah:
  • Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan lemas.
  • Feses berwarna pucat.
  • Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan (jaundice).
  • Nyeri perut.
  • Berat badan turun.
  • Urine menjadi gelap seperti teh.
  • Kehilangan nafsu makan.
Bila Anda mengalami hepatitis virus yang dapat berubah menjadi kronik, seperti hepatitis B dan C, mungkin Anda tidak mengalami gejala tersebut pada awalnya, sampai kerusakan yang dihasilkan oleh virus berefek terhadap fungsi hati. Sehingga diagnosisnya menjadi terlambat.

Faktor Risiko Hepatitis

Faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih mudah terkena hepatitis tergantung dari penyebab hepatitis itu sendiri. Hepatitis yang dapat menular lewat makanan atau minuman seperti hepatitis A dan hepatitis E, lebih berisiko pada pekerja pengolahan air atau pengolahan limbah. Sementara hepatitis non infeksi, lebih berisiko pada seseorang yang kecanduan alkohol.
Untuk hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis B,C, dan D lebih berisiko pada:
  • Petugas medis.
  • Pengguna NAPZA dengan jarum suntik.
  • Berganti-ganti pasangan seksual.
  • Orang yang sering menerima transfusi darah.
Namun saat ini sudah jarang orang yang tertular hepatitis melalui transfusi darah, karena setiap darah yang didonorkan terlebih dulu melewati pemeriksaan untuk penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui darah.

Diagnosis Hepatitis

Langkah diagnosis hepatitis pertama adalah dengan menanyakan riwayat timbulnya gejala dan mencari faktor risiko dari penderita. Lalu dilakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang muncul pada pasien, seperti dengan menekan perut untuk mencari pembesaran hati sebagai tanda hepatitis, dan memeriksa kulit serta mata untuk melihat perubahan warna menjadi kuning.
Setelah itu, pasien akan disarankan untuk menjalani beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:
  • Tes fungsi hati. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pasien untuk mengecek kinerja hati. Pada tes fungsi hati, kandungan enzim hati dalam darah, yaitu enzim aspartat aminotransferase dan alanin aminotransferase (AST/SGOT dan ALT/SGPT), akan diukur. Dalam kondisi normal, kedua enzim tersebut terdapat di dalam hati. Jika hati mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua enzim tersebut akan tersebar dalam darah sehingga naik kadarnya. Meski demikian, perlu diingat bahwa tes fungsi hati tidak spesifik untuk menentukan penyebab hepatitis.
  • Tes antibodi virus hepatitis. Tes ini berfungsi untuk menentukan keberadaan antibodi yang spesifik untuk virus HAV, HBV, dan HCV. Pada saat seseorang terkena hepatitis akut, tubuh akan membentuk antibodi spesifik guna memusnahkan virus yang menyerang tubuh. Antibodi dapat terbentuk beberapa minggu setelah seseorang terkena infeksi virus hepatitis. Antibodi yang dapat terdeteksi pada penderita hepatitis akut, antara lain adalah:
    • Antibodi terhadap hepatitis A (anti HAV).
    • Antibodi terhadap material inti dari virus hepatitis B (anti HBc).
    • Antibodi terhadap material permukaan dari virus hepatitis B (anti HBs).
    • Antibodi terhadap material genetik virus hepatitis B (anti HBe).
    • Antibodi terhadap virus hepatitis C (anti HCV).
  • Tes protein dan materi genetik virus. Pada penderita hepatitis kronis, antibodi dan sistem imun tubuh tidak dapat memusnahkan virus sehingga virus terus berkembang dan lepas dari sel hati ke dalam darah. Keberadaan virus dalam darah dapat terdeteksi dengan tes antigen spesifik dan material genetik virus, antara lain:
    • Antigen material permukaan virus hepatitis B (HBsAg).
    • Antigen material genetik virus hepatitis B (HBeAg).
    • DNA virus hepatitis B (HBV DNA).
    • RNA virus hepatitis C (HCV RNA).
  • USG perutDengan bantuan gelombang suara, USG perut dapat mendeteksi kelainan pada organ hati dan sekitarnya, seperti adanya kerusakan hati, pembesaran hati, maupun tumor hati. Selain itu, melalui USG perut dapat juga terdeteksi adanya cairan dalam rongga perut serta kelainan pada kandung empedu.
  • Biopsi hati. Dalam metode ini, sampel jaringan hati akan diambil untuk kemudian diamati menggunakan mikroskop. Melalui biopsi hati, dokter dapat menentukan penyebab kerusakan yang terjadi di dalam hati.

Pengobatan Hepatitis

Pengobatan yang diberikan kepada penderita hepatitis bergantung kepada penyebabnya. Pemantauan kondisi fisik pasien selama masa penyembuhan hepatitis sangat diperlukan agar proses pemulihan bisa berjalan dengan baik. Aktivitas fisik yang melelahkan harus dihindari selama masa penyembuhan hingga gejala mereda.
Pengobatan hepatitis A, B, dan E akut umumnya tidak membutuhkan pengobatan spesifik, pengobatan difokuskan untuk meredakan gejala-gejala yang muncul, seperti mual muntah dan sakit perut. Perlu diingat pada kasus hepatitis akut, pemberian obat-obatan harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena fungsi hati pasien sedang terganggu. Pasien hepatitis akut harus menjaga asupan cairan tubuh, baik dengan minum air maupun dengan pemberian cairan lewat infus, untuk menghindari dehidrasi akibat sering muntah. Khusus untuk hepatitis C akut, akan diberikan obat interferon.
Pengobatan hepatitis kronis memiliki tujuan untuk menghambat perkembangbiakan virus, serta mencegah kerusakan hati lebih lanjut dan berkembang menjadi sirosis, kanker hati, atau gagal hati. Beda dengan hepatitis B kronis, pengobatan hepatitis C kronis juga bertujuan untuk memusnahkan virus dari dalam tubuh. Pengobatan terhadap hepatitis kronis melibatkan obat-obatan antivirus seperti ribavirin, simeprevir, lamivudine, dan entecavir, serta suntikan interferon. Pasien hepatitis kronis diharuskan untuk berhenti minum alkohol dan merokok untuk mencegah kerusakan hati bertambah parah.
Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan atau setelah terdapat infeksi hepatitis B. Pengobatan infeksi hepatitis D sampai saat ini belum diteliti lebih lanjut.
Pengobatan hepatitis autoimun umumnya melibatkan obat imunosupresan, terutama golongan kortikosteroid seperti prednisone dan budesonide. Selain itu, pasien penderita hepatitis autoimun juga dapat diberikan azathioprine, mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin.

Komplikasi Hepatitis

Penderita hepatitis akut dapat mengalami hepatitis fulminan yang berujung kepada gagal hati akibat peradangan hebat pada hati. Gejala penderita hepatitis fulminan mencakup bicara kacau dan penurunan kesadaran hingga koma. Pasien juga dapat mengalami lebam dan perdarahan akibat kurangnya protein faktor pembekuan darah yang diproduksi hati. Penderita hepatitis fulminan dapat meninggal dunia dalam beberapa minggu jika tidak dirawat dengan segera.
Selain hepatitis fulminan, penderita hepatitis B dan C juga dapat mengalami hepatitis kronis. Hepatitis kronis adalah hepatitis yang terjadi pada seseorang selama lebih dari 6 bulan. Pada hepatitis kronis, virus akan berkembang biak di dalam sel-sel hati dan tidak dapat dimusnahkan oleh sistem imun. Virus yang berkembang biak secara kronis dalam hati penderita akan menyebabkan peradangan kronis dan dapat menyebabkan sirosis, kanker hati, atau gagal hati.

Pencegahan Hepatitis

Agar terhindar dari hepatitis, seseorang perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Misalnya dengan:
  • Menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus hepatitis.
  • Mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran, serta buah-buahan.
  • Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.
  • Tidak menyentuh tumpahan darah tanpa sarung tangan pelindung.
  • Melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan menggunakan kondom, atau tidak berganti-ganti pasangan.
  • Kurangi konsumsi alkohol.
Selain melalui pola hidup bersih dan sehat, hepatitis (terutama A dan B) bisa dicegah secara efektif melalui vaksinasi. Untuk vaksin hepatitis C, D, dan E hingga saat ini masih dalam tahap pengembangan. Namun di beberapa negara, vaksin hepatitis C sudah tersedia dan bisa digunakan.

Mag (Gastritis)

Definisi

Apa itu gastritis (radang lambung)?

Gastritis adalah penyakit pencernaan yang juga bisa disebut radang lambung. Gastritis terjadi ketika lapisan dinding (mukosa) lambung meradang atau membengkak.
Gejala radang lambung dapat muncul secara mendadak (gastritis akut), atau berlangsung dalam waktu yang lama (gastritis kronis). 
Kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan dapat disembuhkan dengan pengobatan tertentu.
Namun dalam beberapa kasus, penyakit radang lambung dapat berkembang menjadi penyakit GERD (refluks asam lambung) dan bahkan bisa meningkatkan risiko kanker perut.

Seberapa umumkah penyakit radang lambung (gastritis)?

Gastritis adalah kondisi yang umum. Namun, penyakit ini lebih banyak dijumpai pada orang-orang yang sering mengonsumsi obat pereda nyeri seperti aspirin atau ibuprofen dalam jangka panjang.
Penggunaan obat antinyeri dalam jangka panjang yang tidak perlu dapat mengiritasi saluran pencernaan. Efek samping ini disebabkan oleh bahan aktif dari obat yang menghambat enzim COX (siklooksigenase) di lambung. 
Enzim COX adalah enzim yang bertanggung jawab terhadap rangsangan nyeri. Namun, enzim COX juga sekaligus bekerja mempertahankan lapisan dinding dalam lambung. 
Ketika kerja enzim COX terhambat, maka lapisan dinding lambung akan terkikis dengan sendirinya. Hal ini kemudian membuat dinding lambung jadi rentan teriritasi dan luka akibat paparan cairan asam secara terus menerus. Akibatnya, radang dan perdarahan lambung dapat terjadi.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, lambung akan berlubang. Dalam kondisi medis, kondisi ini disebut sebagai perforasi lambung.
Selain karena penggunaan obat antinyeri, radang lambung juga umum menyerang pecandu alkohol.
Risiko penyakit ini bisa dikurangi dengan mengurangi faktor-faktor pemicunya. Anda perlu berdiskusi dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Perbedaan gastritis dengan maag

Apa perbedaan maag dan gastritis?

Maag dan radang lambung sama-sama menyerang lambung, tapi keduanya adalah kondisi yang berbeda.
Maag, disebut juga sebagai dispepsia, bukanlah suatu penyakit melainkan kumpulan gejala yang muncul akibat gangguan pencernaan (indigestion). Sederhananya, maag muncul sebagai pertanda dari masalah pencernaan tertentu.
Gejala yang sering digambarkan sebagai “sakit maag” dapat meliputi sakit perut, perut kembung, begah, mual dan muntah, dada terasa nyeri seperti terbakar, dan mulut terasa asam.
Sebagai gejala, maag bisa bertambah parah dan berakhir menjadi gastritis, penyakit refluks asam lambung (GERD), bahkan tukak (luka/borok) lambung. 
Pada beberapa kasus langka, keduanya bisa menandakan adanya gejala kanker perut.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala gastritis (radang lambung)?

Orang yang menderita kondisi ini sering tidak memunculkan gejala apa pun sampai didiagnosis. Sebab, gejalanya sering tampak samar dan dikelirukan sebagai tanda penyakit pencernaan lain.
Namun, Anda harus waspada jika merasakan gejala-gejala ini:
  • hilang nafsu makan
  • mual dan muntah
  • nyeri di perut bagian atas
  • merasa kenyang meski baru makan sedikit
Jika dinding lambung Anda sampai mengalami perdarahan, Anda mungkin merasakan gejala-gejala ini:
  • feses berwarna hitam
  • muntah darah atau cairan berwarna pekat seperti kopi
Masih ada beberapa gejala lain yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda khawatir tentang gejala tersebut, segera konsultasi ke dokter.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Anda harus menghubungi dokter jika gejala-gejala yang dialami belum hilang juga.
Anda juga perlu memberi tahu dokter jika perut Anda merasa tidak nyaman setelah minum obat, terutama aspirin atau obat penghilang rasa sakit lainnya.
Segera pergi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan medis darurat jika Anda muntah darah atau buang air besar berdarah.

Penyebab

Apa penyebab gastritis?

Penyebab umum gastritis atau radang lambung adalah:
  • Mengonsumsi obat-obatan antinyeri seperti aspirin atau obat NSAID (ibuprofen, naproxen) dalam jangka panjang.
  • Sering mengonsumsi alkohol.
  • Konsumsi makanan yang asam, pedas, dan berlemak.
  • Konsumsi minuman berkafein.
  • Infeksi perut yang disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori.
  • Penyakit autoimun.
  • Refluks cairan empedu menuju lambung.
  • Mengalami stres berat.

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risiko saya untuk gastritis?

Ada beberapa hal yang bisa membuat Anda terkena kondisi radang lambung. Faktor risiko penyakit gastritis adalah:
  • Sering mengonsumsi makanan pedas atau yang kadar lemaknya tinggi, seperti gorengan.
  • Gaya hidup tidak sehat, misalnya aktif merokok atau kebanyakan minum minuman beralkohol.
  • Kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Sedang menjalani pengobatan tertentu seperti antibiotik, aspirinsteroid, dan pil KB.
  • Stres atau kelelahan.
  • Pola makan tidak teratur.
  • Sering mengonsumsi obat penghilang rasa sakit.
  • Penyakit lain yang disebabkan oleh infeksi: HIV/AIDS, Crohn, dan infeksi bakteri lainnya.
  • Alergi makanan, khususnya bagi orang pengidap gangguan pencernaan esophagitis eosinophilic (EoE). Kondisi ini dapat menjadi pemicu gastritis. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli alergi untuk menentukan alergi makanan guna menghindari kondisi gastritis.

Komplikasi

Apa saja komplikasi gastritis?

1. Tukak lambung


Gastritis dapat menyebabkan ulkus peptikum atau tukak lambung ketika peradangannya sampai menimbulkan luka pada lapisan lambung atau duodenum. Duodenum adalah bagian awal dari saluran usus kecil.
Penggunaan obat antinyeri dan dan infeksi bakteri H. pylori, dapat meningkatkan risiko tukak lambung. 
Luka dapat terasa sangat menyakitkan, dan dapat terjadi di daerah adanya asam atau enzim. 

2. Gastritis atrofik


Gastritis atrofik adalah kondisi peradangan kronis yang dapat menyebabkan hilangnya lapisan dan kelenjar di lambung. Lapisan dan kelenjr yang hilang tersebut kemudian tergantikan dengan jaringan daging yang berserat.

3. Anemia


Terkikisnya lapisan dalam lambung akibat radang kronis lama-lama dapat menyebabkan perdarahan. Kehilangan darah dalam jumlah banyak dapat berujung pada anemia (darah rendah).
Penelitian menunjukkan bahwa radang lambung akibat infeksi H. pylori dan masalah autoimun dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi dari makanan.
Kondisi tubuh yang mengalami perdarahan dalam serta tidak mampu menyerap zat besi menimbulkan komplikasi akibat radang lambung yang Anda alami.

4. Defisiensi vitamin B12 dan anemia pernisiosa


Orang dengan kondisi gastritis atrofi yang disebabkan masalah autoimun tidak dapat menghasilkan faktor intrinsik yang cukup. Faktor intrinsik adalah protein yang dibuat lambung untuk membantu usus menyerap vitamin B12. 
Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membuat sel darah merah dan sel saraf. Buruknya penyerapan vitamin B12 dapat menyebabkan jenis anemia yang disebut anemia pernisiosa.

5. Tumor perut


Kondisi gastritis kronis dapat meningkatkan adanya pertumbuhan tumor jinak dan kanker pada lapisan perut.
Begitu pula dengan radang lambung kronis yang disebabkan infeksi bakteri H. pylori.
Infeksi H. pylori dapat meningkatkan risiko kanker limfoma jaringan terkait mukosa lambung (MALT)

6. Perforasi lambung


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, radang kronis dapat membuat dinding lambung melemah dan menipis.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, lambung akan berlubang. Perforasi lambung dapat menyebabkan isi lambung bocor ke rongga perut dan menimbulkan infeksi. Kondisi rongga perut yang sudah terinfeksi disebut dengan peritonitis.
Infeksi ini dapat mengakibatkan komplikasi yang membuat berbagai organ dalam tubuh berhenti berfungsi.
Perforasi lambung dan peritonitis termasuk kondisi gawat darurat medis yang dapat mengancam nyawa.

Obat & Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Bagaimana dokter mendiagnosis penyakit radang lambung (gastritis)?

Gastritis dapat didiagnosis dengan berdasarkan deskripsi gejala radang lambung yang dialami pasien. Namun untuk memastikan akurasinya, dokter menjalani tes-tes di bawah ini:

1. Endoskopi


Selama prosedur endoskopi, dokter akan memasukkan selang fleksibel yang dilengkapi dengan lensa (endoskopi) lewat tenggorokan Anda. Tabung ini akan masuk melewati kerongkongan, perut, dan usus kecil Anda.
Dengan menggunakan endoskopi, dokter Anda mencari tanda-tanda adanya radang atau infeksi pada lambung. 
Jika terdapat tanda yang mencurigakan, dokter Anda mungkin akan sampel jaringan kecil (biopsi) untuk pemeriksaan laboratorium. 

2. Tes H.pylori


Test H. pylori bisa dilakukan dengan banyak cara, termasuk tes darah, tes feses, atau dengan tes lewat napas.
Untuk tes napas, Anda akan diminta meminum segelas kecil cairan jernih dan tidak berasa yang mengandung karbon radioaktif. 
Setelahnya Anda akan diminta untuk mengembuskan napas ke dalam kantong khusus yang kemudian disegel.
Jika Anda positif  terinfeksi, sampel napas Anda akan mengandung karbon radioaktif karena bakteri H. pylori akan memecah cairan tersebut di perut Anda.

Apa saja pilihan obat untuk penyakit radang lambung (gastritis)?

Gastritis akut maupun kronis biasanya diobati dengan obat antibiotik atau obat-obatan penurun asam lambung. Pilihan obat gastritis yang biasanya diresepkan dokter meliputi:
Selain itu, dokter juga dapat menggunakan cairan intravena dan obat-obatan lain yang lebih kuat untuk mengurangi asam jika gastritis Anda memburuk.
Anda harus menghindari alkohol serta ibuprofen, naproxen, dan aspirin selama minum obat gastritis dari dokter.

Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit gastritis?

Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin dapat membantu mengatasi gastritis akut ataupun kronis yang Anda alami:
  • Hindari makanan, minuman, dan kebiasaan yang dapat meningkatkan asam lambung
  • Makan sedikit-sedikit tapi sering
  • Makan masakan yang matang
  • Cuci tangan sebelum makan untuk menghindari infeksi
  • Ikuti arahan dokter, jangan mengonsumsi obat tanpa resep atau berhenti minum obat tanpa izin dokter.

Pencegahan

Bagaimana cara mencegah penyakit radang lambung (gastritis)?

1. Jangan merokok

Rokok mengandung nikotin yang bisa melemahkan saluran pencernaan. Merokok juga diketahui dapat menyebabkan refluks asam lambung, yang dapat semakin mengiritasi dinding lambung.
Selain rokok, alkohol dan coklat juga memiliki efek yang mirip dengan nikotin.

2. Menerapkan pola makan sehat

Menerapkan pola makan yang lebih sehat dapat membantu Anda meredakan gejalanya sekaligus mencegah radang lambung di kemudian hari. Pola makan yang baik untuk mencegah gastritis dapat meliputi:
  1. Makanan dengan kandungan serat tinggi seperti apel, oatmeal, brokoli, wortel, dan kacang-kacangan.
  2. Makanan rendah lemak seperti ikan, dada ayam, dan dada kalkun
  3. Makanan bersifat basa, seperti sayuran yang direbus.
  4. Perbanyak sumber probiotik seperti teh kombucha, yoghurt, kimchi, kefir, dan tempe.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makanan atau minuman probiotik dapat membantu mengatasi infeksi radang lambung yang disebabkan Helicobacter pylori (H. pylori).
Selain lebih bijak memilah-milih makanan yang lebih sehat, kebiasaan makan Anda juga perlu diubah menjadi:
  • Biasakan makan lebih sering dengan porsi yang lebih sedikitJika Anda biasa makan besar 3 kali sehari, coba ubah menjadi makan 5-6 kali sehari dengan porsi yang kecil.
  • Jangan makan sampai kekenyangan karena isi lambung yang terlalu penuh bisa naik ke tenggorokan.
  • Hindari minuman bersoda dan minuman yang berkafein seperti coklat, kopi, teh. 
  • Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang bersifat asam seperti makanan pedas dan buah-buahan jeruk. Makanan atau minuman bersifat asam memicu rasa nyeri pada ulu hati.
  • Jangan makan sebelum tidurkarena meningkatkan resiko refluks asam lambung.

3. Kurangi berat badan

Orang yang kegemukan berisiko lebih tinggi mengalami radang lambung. 
Kebiasaan makan dalam porsi besar dalam jangka panjang meningkatkan tekanan dalam lambung sehingga isi lambung mudah naik keluar.
Mengurangi berat badan 2-5 kg dapat membantu Anda mencegah gastritis kambuh kembali.

4. Konsumsi obat pereda nyeri dengan pengawasan dokter

Obat antinyeri NSAID seperti ibuprofen, aspirin, naproxen seringkali disalahgunakan. Padahal penggunaan dalam jangka panjang yang sembarangan dapat meningkatkan produksi asam lambung sehingga Anda rentan mengalami radang lambung. Maka, gunakan obat antinyeri ini sesuai petunjuk dokter.
Berhati-hatilah juga dalam minum jamu. Produk jamu seringkali mengandung bahan NSAID sehingga meminumnya dalam jangka panjang juga memiliki efek yang sama seperti penggunaan OAINS jangka panjang.

5. Ubah posisi tidur Anda

Posisi tidur terbaik untuk mencegah radang lambung kambuh kembali adalah berbaring di sisi kiri, dengan menyangga kepala dan leher pakai bantal tebal.
Posisi ini dapat menjaga cairan asam tetap berada di dasar lambung sehingga sulit untuk mengalir ke atas.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Sumber : https://hellosehat.com/penyakit/gastritis-adalah-radang-lambung/

Karies Gigi

Definisi

Apa itu karies gigi?

Karies gigi adalah kerusakan gigi yang ditandai dengan munculnya lubang.
Karies tak boleh disepelekan. Apabila tidak kunjung diatasi, lubang akan membesar dan mengenai lapisan dalam gigi. Lubang yang kian membesar dapat menyebabkan sakit gigi parah, infeksi, dan gigi copot (tanggal atau lepas sendiri).

Seberapa umumkah karies gigi?

Karies gigi merupakan salah satu jenis kerusakan gigi yang paling umum di dunia. Karies ini dapat dialami oleh siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Namun, kondisi ini lebih sering menyerang anak-anak dan lansia.
Karies gigi dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risikonya. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala karies gigi?

Ciri dan gejala karies gigi adalah:
  • Sakit gigi
  • Gigi sensitif
  • Nyeri ringan hingga tajam saat mengonsumsi makanan manis, panas, atau dingin
  • Lubang yang terlihat pada gigi
  • Noda berwarna cokelat, hitam, atau putih pada permukaan gigi
  • Nyeri saat Anda menggigit makanan.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Dalam banyak kasus, banyak orang tidak menyadari gigi mereka sudah mengalami karies. Alhasil, lubang yang semula kecil lama-lama membesar dan menyebabkan berbagai gangguan pada gigi.
Lubang yang kecil sering kali tidak menimbulkan gejala yang berarti. Namun, lain ceritanya bila lubang sudah membesar. Hal ini dapat menyebabkan nyeri hebat yang mungkin dapat mengganggu aktivitas sehari-hari Anda.
Pada dasarnya, segera kunjungi dokter gigi jika Anda mengalami sakit gigi yang tajam dan tidak kunjung hilang.

Penyebab

Apa penyebab karies gigi?

Penyebab utama karies gigi adalah plak yang menumpuk di permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa-sisa makanan, kotoran, dan bakteri di dalam mulut.
Jarang sikat gigi dan sering mengonsumsi makanan yang manis dapat mempercepat pertumbuhan plak. Ketika Anda makan makanan manis, bakteri di dalam mulut akan menghasilkan asam. Asam pada plak mengikis mineral pada enamel luar gigi yang keras. 
Proses terkikisnya enamel ini disebut dengan erosi enamel. Lama-lama proses erosi ini dapat menyebabkan lubang-lubang kecil pada enamel gigi. Nah, lubang inilah yang disebut dengan karies.

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risiko terkena karies gigi?

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko Anda mengalami karies gigi, yaitu:

Mulut dan gigi yang kotor


Jarang sikat gigi dan membersihkan sela-sela gigi dengan benang (flossing) dapat membuat plak semakin menumpuk di permukaan gigi. Bila dibiarkan terus, plak yang menumpuk dapat menyebabkan gigi busuk dan berlubang. 

Makanan manis


Makanan manis dapat memicu lubang pada gigi. Bakteri di dalam mulut sangat menyukai gula. Ketika Anda makan makanan yang manis, bakteri akan menggerogoti sisa gula pada gigi. Semakin banyak gula yang dimakan bakteri, maka semakin banyak pula asam yang dihasilkannya.
Ludah yang bercampur dengan asam inilah yang dapat membentuk plak gigi. Bila Anda tidak membersihkan gigi dengan benar, plak akan mengikis enamel gigi sehingga menghasilkan lubang kecil di permukaan gigi.

Makanan asam


Sering makan makanan yang asam juga dapat memicu gigi berlubang. Paparan asam yang tinggi pada rongga mulut dapat mengikis lapisan enamel gigi. Enamel gigi yang terus-terusan terkikis dapat menyebabkan gigi sensitif gigi berlubang.

Refluks asam lambung


Orang yang punya riwayat penyakit asam lambung, seperti GERD atau maag, lebih mungkin mengalami karies. Asam lambung yang naik sampai ke mulut dapat mengenai gigi, dan lama-lama dapat memicu kerusakan gigi.

Air liur yang sedikit


Air liur berperan penting untuk menjaga kelembapan rongga mulut Anda. Di samping itu, air liur juga membantu membersihkan sisa-sisa makanan dari gigi dan mengurangi bakteri pada mulut. Bila produksi air liur Anda sedikit, maka plak akan mudah terbentuk dan menyebabkan pembusukan.

Obat & Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Bagaimana karies gigi didiagnosis?

Ketika Anda sering mengeluhkan sakit gigi yang tak kunjung sembuh, segera periksa ke dokter gigi. Dokter gigi akan memeriksa kondisi gigi dan mulut sembari menanyakan riwayat kesehatan gigi Anda. Dokter mungkin juga akan menanyakan seputar kebiasaan Anda dalam membersihkan gigi.
Sejumlah obat memiliki potensi menyebabkan kerusakan gigi. Maka itu, ketika diperiksa, pastikan Anda memberi tahu semua obat-obatan yang sedang diminum setiap hari. Baik itu obat dengan atau tanpa resep dokter.
Rontgen gigi dengan sinar X dan tes lab dapat dilakukan dokter untuk memastikan diagnosis. Hasil rontgen dapat menunjukkan lubang pada gigi, struktur gigi yang abnormal, dan pengeroposan tulang yang tidak terlihat dengan mata telanjang.

Apa saja pengobatan untuk karies gigi?

Pengobatan untuk karies gigi tergantung pada seberapa parah kondisi dan situasi tertentu. Berikut beberapa pengobatan yang sering dilakukan dokter untuk mengatasi gigi berlubang. 

Perawatan fluoride


Dalam tahap awal, dokter akan melakukan perawatan fluoride. Fluoride adalah mineral yang membantu melindungi dan menjaga kekuatan enamel gigi. Biasanya fluoride banyak ditambahkan dalam produk obat kumur maupun pasta gigi.

Tambal gigi


Tambal gigi sering kali jadi pilihan utama apabila kerusakan akibat pembusukan gigi sudah mulai melewati tahap erosi enamel. Agar lubang tidak bertambah dalam, dokter akan mengisi gigi yang berlubang dengan bahan khusus.
Ada banyak pilihan bahan untuk menambal gigi yang berlubang. Namun, tambal gigi berbahan resin komposit lebih banyak diminati ketimbang jenis lainnya. Resin komposit biasanya akan mengeras dengan cara disinar. Jenis tambalan ini juga disebut dengan tambal laser atau tambal sinar. 

Crown


Pemasangan crown alias mahkota gigi tiruan juga dapat menjadi solusi untuk mengatasi gigi yang berlubang. Dokter akan memasang selubung gigi di atas gigi yang rusak. Dengan begitu, mahkota gigi tiruan ini akan memasang semua bagian gigi yang muncul di atas tepi gusi.
Mahkota tiruan ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki, bentuk, ukuran, dan tampilan gigi yang tidak normal.

Root canal


Apabila kerusakan telah mencapai bagian dalam gigi (pulp), Anda mungkin memerlukan root canal. Root canal atau perawatan saluran akar gigi biasanya dilakukan dokter untuk memperbaiki gigi yang terlanjur terinfeksi atau rusak parah. 
Bagian pulpa yang mengalami kerusakan akan diangkat kemudian ditambal dengan semen khusus. Dokter juga akan membersihkan sekitar jaringan yang terinfeksi supaya tidak semakin parah.

Pencabutan gigi


Dalam kasus yang sangat parah, dokter dapat mencabut gigi yang bermasalah. Proses pencabutan gigi tidak memakan waktu lama.
Sebelum dicabut, dokter akan lebih dulu memberikan obat bius di area gusi yang bermasalah. Dengan begitu Anda tidak akan merasakan sakit ketika dokter mencabut gigi Anda.

Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan untuk mengatasi karies gigi?

Supaya lubang pada gigi tidak semakin besar, berikut beberapa hal yang perlu Anda lakukan.
  • Sikat gigi setidaknya 2 kali sehari pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.
  • Gunakan sikat gigi berbulu lembut dengan kepala sikat yang kecil atau pas di rongga mulut.
  • Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. Fluoride adalah mineral yang bermanfaat untuk melindungi sekaligus menjaga kekuatan enamel gigi.
  • Bersihkan gigi dengan benang (floss) untuk membersihkan sela-sela gigi setidaknya 1 kali sehari setelah menyikat gigi. 
  • Bersihkan pula lidah Anda secara rutin untuk mencegah penumpukkan plak di permukaan lidah.
  • Kumur dengan air atau obat kumur setelah mengonsumsi makanan dan cemilan. 
  • Banyak minum air putih untuk merangsang produksi air liur.
  • Batasi makanan yang terlalu manis, asin, berlemak, dan mengandung banyak minyak.
  • Perbanyak makan sayur-sayuran dan buah-buahan.
  • Rajin konsultasi ke dokter gigi untuk pembersihan dan pemeriksaan gigi.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.